Selain itu, proses pengisian juga dipengaruhi oleh desain platform baterai kendaraan, peningkatan tegangan selama pengisian, dan tahap akhir yang dikenal sebagai trickle-charging.
Tantangan lain yang muncul adalah tingginya biaya pembangunan stasiun pengisian ultra-cepat. Teknologi ini membutuhkan charger berpendingin cair, yang harganya berkisar antara 80.000 hingga 120.000 yuan (sekitar Rp180 juta hingga Rp270 juta). Jumlah ini tiga hingga lima kali lebih mahal dibandingkan dengan charger berpendingin udara biasa.
Tak hanya itu, sistem pendingin cair memerlukan perawatan rutin, termasuk penggantian cairan secara berkala, yang semakin menambah beban operasional. Akibatnya, jumlah stasiun pengisian daya ultra-cepat masih sangat terbatas dan sulit diakses oleh pengguna.
BYD menyadari tantangan besar yang dihadapi, khususnya beban berat pada jaringan listrik. Sebagai solusi, mereka memperkenalkan sistem penyimpanan energi internal di stasiun pengisian.
Teknologi ini memungkinkan stasiun untuk menyimpan energi pada saat beban jaringan rendah, yang kemudian disalurkan dalam jumlah besar ketika pengisian daya diperlukan.
Sistem penyimpanan ini memiliki kapasitas hingga 1,5 MWh, didukung oleh platform berbasis cloud yang dapat memantau beban jaringan secara real-time.
Namun, solusi ini tetap memiliki keterbatasan. Ketika energi dalam sistem penyimpanan habis, pengisian daya ultra-cepat tidak lagi tersedia hingga sistem terisi ulang.
Ajak Pihak Swasta Berinvestasi
Di sisi lain, inovasi ini juga memberikan keuntungan finansial bagi operator karena membantu menghindari biaya puncak dari penyedia listrik, sekaligus memungkinkan biaya operasional yang lebih efisien.
Para pengamat industri percaya bahwa pengisian daya ultra-cepat hanya diperlukan di lokasi-lokasi strategis, seperti rest area di jalan tol atau SPBU konvensional, di mana waktu pengisian menjadi faktor krusial.
Sementara itu, lokasi seperti pusat perbelanjaan, restoran, atau bioskop dinilai cukup dengan pengisian daya lambat karena kendaraan biasanya diparkir untuk waktu yang cukup lama.
Dalam rangka mempercepat adopsi teknologi ini, BYD telah mengajak pihak swasta untuk berinvestasi bersama dalam membangun infrastruktur pengisian daya berskala megawatt.
Pemerintah Tiongkok juga turut mendukung melalui subsidi untuk infrastruktur dan pengaturan regulasi standar. Ini membuka peluang besar untuk kolaborasi antara sektor publik dan swasta guna mempercepat transisi energi dan membangun ekosistem yang mendukung.