Coolant merupakan cairan khusus pendingin mesin pada mobil. Meski demikian, konsumen bisa saja menggunakan air biasa. Meski bisa, penggunaan air biasa tidak disarankan karena kandungannya justru dapat memicu masalah pada sistem pendingin. Selain mudah menguap, kandungan air biasa dapat menimbulkan endapan pada saluran radiator, sehingga membuatnya pampat.
Hardi Wibowo, Pemilik Aha Motor Yogyakarta, mengatakan, penggunaan air biasa untuk radiator, biasa ditemukan pada mobil tua
“Ada banyak risiko untuk mobil tua yang sudah biasa pakai air biasa, bila beralih menggunakan coolant akan membuat kerak rontok dan justru menimbulkan masalah,” ucap Hardi kepada Kompas.com, belum lama ini. Hardi mengatakan, komponen mesin yang sudah korosi ketika terkena coolant akan mudah rontok. Sehingga dapat menimbulkan keausan komponen dalam jumlah besar.
“Blok mesin terkikis, pompa air aus, dan sejenisnya, sehingga justru bisa menyebabkan masalah overheat dan bahkan menimbulkan masalah lain yang lebih kompleks,” ucap Hardi. Hardi menyarankan konsumen dengan kondisi demikian tetap menggunakan air biasa, dengan catatan lebih sering melakukan penggantian air radiator. “Bila menggunakan coolant bisa melakukan pengurasan air radiator tiap 40.000 Km atau 80.000 Km, tapi kalau air biasa sebaiknya tiap 10.000 Km atau 15.000 Km dikuras, dan dikorok radiatornya,” ucap Hardi.
Menurut Hardi, kualitas air biasa tak mampu menjaga komponen tetap bersih, sebagaimana coolant, karena mineral yang terkandung cenderung memicu terjadinya korosi.